Asal Mula Pasarturi yang Sempat Menjadi Kawasan Dagang Legendaris Jawa Timur hingga Nusantara!
PasarTuri--bappedalitbang.surabaya.go.id
SEPUTAR SURABAYA - Pasarturi dikenal sebagai salah satu kawasan dagang legendaris yang terletak di Kota Surabaya bahkan sejak sebelum era kolonialisme datang.
Dilansir melalui berbagai sumber mengenai cerita asal mula Pasar Turi yang berkembang di antara para masyarakat Kota Surabaya, diketahui sekitar tahun 1292 Raden Wijaya berhasil menyelamatkan diri dengan menyeberangi Bengawan ketika berada di Kembang Sri.
Dengan letih, lesu dan putus asa Raden Wijaya melanjutkan pelariannya ke utara yang sampai di Desa Kudadu, kedatangannya disambut dengan ramah tamah oleh kepala desa dan dirawat baik-baik. Kemudian oleh rakyat Kudadu Raden Wijaya dibawa ke pangkalan perahu Pejingan, dan dari pangkalan ini melalui Kali Krembangan lalu berlayarlah Raden Wijaya menyeberangi laut ke Madura.
Karena peristiwa tersebut, Pangkalan perahu Pejingan diubah namanya menjadi "Datar", yang berarti tempat berangkatnya Sang Buruan atau Raden Wijaya yang sedang diburu oleh pasukan Jayakatwang.
(BACA JUGA:Legenda Raden Sawunggaling atau Joko Berek, Sosok Babat Alas Surabaya Barat)
Seiring perkembangan budaya, akhirnya nama "Datar" berubah menjadi "Padatar" seperti halnya "seba" yang menjadi "paseban" dan lambat laun berubah lagi menjadi Padatari. Karena pangkalan perahu ini berubah menjadi tempat berkumpulnya orang mempertukarkan barang seperti pasar, maka namanya berubah lagi dari Padatari ke Pasarturi.
Cerita tersebut juga disebutkan dalam pidato Wali kota madya Surabaya R. Soekotjo pada tanggal 21 Juni 1971 ketika membuka bangunan baru berlantai tiga Pasarturi.
Sebelum berbentuk sebuah bangunan bertingkat, awalnya tempat ini hanya berupa sebuah tanah lapang dengan aktivitas ekonomi di dalamnya.
Barulah pada masa Hindia Belanda terutama dengan kemajuan transportasi serta dilakukannya sejumlah pembangunan, pasar ini semakin dikenal oleh banyak masyarakat. Bahkan bukan hanya sebagai pusat pemasaran atau perdagangan antar kota, melainkan menjadi pusat perdagangan Jawa Timur dan berpengaruh kuat pada perdagangan antar pulau di wilayah Indonesia bagian Timur.
(BACA JUGA:Habis Tergerus Zaman! Taman Hiburan Rakyat (THR), Ikon Seni Kota Surabaya yang Hilang!)
Letak strategis Pasar Turi yang berada di pintu masuk wilayah pusat kota dari arah jalan Dupak, serta tidak jauh dari arah pelabuhan Tanjung Perak dan stasiun menjadi penyebab utama hal tersebut.
Sedangkan di era pendudukan Jepang banyak toko tutup karena barang dagangan tidak ada serta tidak banyak barang baru diperjualbelikan. Pasar Turi banyak menampung barang-barang milik orang-orang kaya daerah Raya Darmo yang terdampak krisis ekonomi. Mereka terpaksa menjual barang kekayaannya kepada tukang loak yang mana akan dibawa ke Pasarturi.
Di era ini atau sekitar tahun 1942 - 1945 Pasarturi terkenal dengan sebutan pasar loak atau pasar barang rombeng. Hingga tahun 1970-an, Pasar Turi tetap dikenal sebagai pusat jual-beli barang bekas.
Tidak hanya itu, Pasarturi juga pernah mengalami peristiwa nahas seperti kebakaran yang telah terjadi sekitar lima kali dimana kebakaran pertama terjadi di tahun 1950an.
(BACA JUGA:Rekreasi Sekaligus Edukasi! Info Menarik Seputar Kebun Binatang Surabaya (KBS) yang Wajib Diketahui)
Kebakaran terakhir terjadi pada tahun 2012 yang akhirnya Pasarturi direnovasi menjadi PasarTuri Baru yang telah diresmikan pembukaannya oleh wali kota Surabaya di awal tahun 2022 ini.
Pasang surut perdagangan hingga haru pilu akibat peristiwa-peristiwa tersebut menjadikan di tempat ini menarik untuk dikulik.
(SS)